Thursday 10 March 2022

Melihat startup quick commerce yang diincar investor

Halo Vulca,
 

Ada satu hal yang mengganjal soal quick commerce. Jika konsumen sasaran mereka sebegitu mager-nya untuk pergi ke pasar atau menunggu tukang sayur lewat, apakah mereka mau repot-repot masak sendiri? Bukankah, lebih cepat memesan makanan jadi?

Namun faktanya, segmen quick commerce sedang jadi primadona baru di antara para startup dan cukup menggiurkan untuk menarik pemain dari perusahaan besar.


EXCLUSIVE CONTENT

Startup quick commerce adu cepat penuhi kebutuhan sehari-hari

Sebagai salah satu vertikal yang paling ramai pemain baru yang mampu menggalang modal dari investor, quick commerce punya potensi pertumbuhan yang besar tetapi dengan tantangan yang lebih kompleks dari marketplace online:

  • Penetrasi e-grocery baru 0,4 persen dari total grocery, dibandingkan e-commerce yang sudah mencapai 10 persen dari total retail.
  • Dengan karakteristik produk yang dikonsumsi setiap hari, quick commerce menawarkan rutinitas transaksi. Berbeda dengan e-commerce, yang harus gencar melakukan berbagai kampanye promosi untuk terus memantik minat beli pengguna.

QUICK BYTES

Insurtech Igloo Tutup Pendanaan Seri B Rp271 M, Tunjuk CEO Baru

Di bawah kepemimpinan Raunak Mehta, startup asal Singapura ini bersiap ekspansi ke Vietnam, Filipina dan Malaysia
[Update] Startup SaaS Insider Kantongi Rp1,7 T, Jadi Unikorn Baru

Platform besutan startup yang bermarkas di Singapura ini telah dimanfaatkan oleh Garuda Indonesia, BCA, Blibli, dan lainnya.
E-commerce Enabler Opaper Kantongi Pendanaan Rp14,3 Miliar

Sejak empat bulan setelah resmi diluncurkan, layanan Opaper diklaim telah dipakai oleh lebih dari 19 ribu penjual atau pelaku UMKM di 100 kota di Indonesia.
Baca juga kabar tentang startup Indonesia lainnya mulai dari funding, pivot sampai dengan exit di sini
 

IN PARTNERSHIP WITH

Tiga sosok perempuan di Flip menceritakan inklusivitas di lingkungan kerja

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sekitar 33% dari 2,82 juta pekerja manajerial adalah perempuan. Gita Prihanto adalah salah satunya. Berperan sebagai COO Flip, Gita mengatakan bahwa kesetaraan di Flip diawali dari representasi di dalam tim, yang saat ini memiliki komposisi perempuan sebesar 48% dan laki-laki sebesar 52%.

"Flip berupaya meningkatkan representasi perempuan di semua level. Dengan adanya komposisi gender yang seimbang termasuk di level manajerial, inisiatif-inisiatif DEI akan makin berkembang dan terimplementasikan lebih baik."

Selain Gita, Ade Putri Aulia Wijharnasir (Product Manager Flip) dan Venny Iswanto (Head of Legal & Compliance Flip) turut menceritakan pengalaman mereka dalam berkarya, serta pandangan mereka tentang kesetaraan gender.

Simak pandangan para praktisi perempuan selengkapnya di artikel ini.


UNLOCKED FOR YOU

Setiap bulan, kami membuka berbagai artikel premium untuk kamu. Baca artikel premium di bawah atau cek daftar lengkapnya di sini.

Mengapa Ekosistem Digital Butuh Lebih Banyak Pekerja Perempuan?


Meski terus membaik dalam beberapa tahun terakhir, namun porsi perempuan di ranah teknologi masih belum ideal. Khususnya di posisi senior dan manajerial.
 
Daily Digest dibuat dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Dukung jurnalisme berkualitas dengan berlangganan Tech in Asia ID+.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email halo@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima newsletter kami? Kamu bisa memiliih untuk berhenti menerima email dari kami (tentunya kami bakal sedih!)

No comments:

Post a Comment

[Tips Cuan] Perkaya Menu Restoran anda dengan Knorr Rostip

  Unilever Food Solutions Indonesia   ...