Thursday 25 November 2021

Menyiasati Biaya Beli Hunian yang Makin Mahal


Weekly Editorial


 
Hai Vulca,

Sebagai bagian dari generasi milenial yang sedang membangun keluarga, urusan mencari hunian idaman ikut membuat saya pusing. Harga properti di Surabaya, tempat saya hendak menetap, naik dari tahun ke tahun. Banderolnya pun seolah-olah makin sulit dijangkau dengan gaji seorang karyawan startup macam saya.

Ini baru di Surabaya. Saya ngeri membayangkan kesulitan teman-teman saya yang berdomisili di Jakarta. Tantangannya pasti lebih berat.

Sebenarnya semua itu tergantung pilihan. Misalnya bila mau berkompromi memilih hunian di pinggiran kota, atau berkomitmen mengambil kredit pemilikan rumah (KPR) berjangka waktu hingga puluhan tahun, sebenarnya bisa-bisa saja saya membeli rumah idaman. Namun tetap saja, butuh kesungguhan hati dan tekad bulat untuk mengambil keputusan yang bagi saya mahaberat seperti itu.

Rupanya kecemasan saya juga disadari oleh sejumlah startup, khususnya yang bergerak di ranah property financing technology (propfintech) atau pembiayaan properti. Beberapa di antaranya, seperti Ekuitas, Taphomes, hingga Cicilsewa, berupaya memberi solusi atas kegelisahan para pencari rumah seperti saya.

Tak hanya menghubungkan pencari rumah dengan penjual properti lewat bantuan teknologi, sejumlah startup ini juga menawarkan inovasi pembiayaan kepemilikan properti bagi para pelanggannya. Mulai dari penyisihan biaya sewa yang bisa dijadikan panjar saat membeli properti, hingga mengubah biaya sewa tahunan jadi bulanan, agar para pelanggan bisa mengelola arus dengan lebih baik.

Namun bergerak di ranah properti memiliki tantangan tersendiri, terutama dalam hal harga real estat yang terus melambung di kawasan perkotaan. Ketersediaan modal jadi masalah tersendiri, karena sederet startup ini mau tak mau butuh dana besar untuk membeli properti atau mengoperasikan model bisnis masing-masing.

Belum lagi urusan menarik minat para calon pelanggan. Dari wawancara yang dilakukan Tech in Asia kepada sejumlah target pasar, kebanyakan respons yang kami terima belum yakin dengan nilai tambah yang ditawarkan oleh startup propfintech. Bahkan ada yang menyatakan masih bakal memilih KPR dari lembaga keuangan konvensional pada akhirnya.

Saya pribadi sebenarnya tertarik untuk mencoba layanan sejumlah startup ini ... andaikan saya belum terlanjur teken kontrak KPR dengan salah satu bank.

Simak selengkapnya ulasan kami tentang jalan terjal yang harus ditaklukkan oleh para startup propfintech pada artikel di bawah ya!

Talk to you again next week.


Salam,
Iqbal Kurniawan
Editor-in-Chief, Tech in Asia Indonesia

IN CASE YOU MISSED IT

Ulasan dan kabar seputar industri teknologi dan ekosistem startup yang perlu kamu ketahui:
  1. Harga properti yang melambung di kawasan perkotaan jadi problem yang hendak dipecahkan sejumlah startup propfintech dalam negeri. Namun sejauh ini, sejumlah tantangan telah menghantui upaya mereka untuk meyakinkan para pencari properti di kawasan perkotaan.
  2. Line pantang menyerah menggarap sektor fintech di dalam negeri. Setelah menutup layanan pembayaran digitalnya, kini perusahaan kembali dengan meluncurkan bank digital. Seberapa sukses upaya perusahaan asal Jepang tersebut?
  3. Pendapatan Social Bella berlipat ganda selama 2020 lalu. Kini startup di bidang fesyen dan kecantikan tersebut disebut tengah menggalang pendanaan lanjutan. Apa benar penggalangan dana ini bakal melejitkan status perusahaan jadi unikorn baru dari Indonesia?
  4. Ajaib, salah satu unikorn dari Indonesia, resmi rambah sektor perbankan. Perusahaan membeli 24 persen saham Bank Bumi Arta dari tiga pemegang saham perseroan.
  5. Perusahaan logistik J&T disebut tengah menggalang pendanaan terbaru sebesar US$2,5 miliar (Rp35,7 triliun). Pendanaan ini dilakukan seiring persiapan perusahaan untuk melantai di bursa saham Hong Kong tahun depan.

EVENT MENDATANG

 
  • Solve government and public sector challenges with AWS Startup Ramp | 30 November 2021
    Dengar langsung kisah para entrepreneur yang telah lebih dahulu sukses menghadapi rintangan startup tahap awal dan pelajari bagaimana perusahaan di awal fase bisa bernavigasi dan memperkaya diri dengan sumber daya, pelatihan, dan dukungan dari AWS Startup Ramp. Daftar sekarang ... gratis!
     
  • HR in Tech Report (Survei)
    Kami sedang melakukan survei HR in Tech Report 2021 untuk mencari tahu tren perekrutan, gaji, dan talenta terbaru. Isi survei singkat ini dan jadilah yang pertama mendapatkan informasinya!
     
  • Under the Hood of the Super App's Tech Team | 1 Desember 2021
    Bagaimana tim Engineering di Grab bekerja, hingga dapat membangun sebuah aplikasi super terkemuka di Asia Tenggara? Temukan jawabannya di sini.
     
  • Youth Co:Lab 2021 Final Pitch Day | 3 Desember 2021
    Sepuluh startup terbaik binaan Youth Co:Lab dari United Nations Development Programme (UNDP) dan Citi Foundation akan unjuk gigi dan mempresentasikan deck terbaik mereka secara virtual. Saksikan keseruan kompetisi ini secara live, dengan mendaftarkan diri kamu di sini.
     
  • Upskill Fest 2.0 by Tech in Asia ID+ 6-10 December 2021
    Buat bisnis & kariermu lebih maju. Serta, tingkatkan kemampuan bisnis, digital, dan kreatifmu. Belajar dari para profesional terbaik di program virtual workshop selama 1 minggu. Selengkapnya cek di sini.
Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter mingguan ini dikirim dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email halo@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!)

No comments:

Post a Comment

Attn: Respond

-- INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) International Settlement Unit, 1900 Pennsylvania Avenue NW, Washington, DC 20431, United States ...