Thursday 7 July 2022

Ragam strategi pivot startup karena pandemi

Halo Vulca,
 

Halo pembaca Tech in Asia Indonesia,

"Ubah haluan" jadi salah satu strategi perusahaan rintisan agar bertahan saat pandemi. Ada yang coba-coba mencari peruntungan di layanan quick commerce — sebelumnya menggeluti marketplace bahan makanan — hingga banting setir dari e-groceries menjadi e-commerce untuk produk elektronik.

Kami membuat daftar startup yang melakukan pivot selama pandemi, dilengkapi dengan informasi model bisnis awal startup terkait, alasan pivot dan perkembangan bisnis pasca melakukan perubahan. Bila kamu menemukan informasi atau data yang kami lewatkan, silakan sampaikan lewat surel ed@techinasia.com.

Omong-omong, 12 Juli mendatang Grab Ventures Velocity dan Sembrani Wira bakal bikin event gratis seputar tip mencari pendanaan hingga cara bertahan di masa krisis. Kamu bisa daftar lewat tautan ini.


Tech in Asia Indonesia ingin mengetahui insight dan opini kamu, bisa disampaikan melalui komentar di artikel atau lewat email ke ed@techinasia.com.


EXCLUSIVE CONTENT

Daftar Startup yang Lakukan Pivot Sejak Pandemi Terjadi

Banyak startup tutup akibat tekanan pandemi. Namun, ada juga beberapa yang bertahan berkat memodifikasi model bisnis alias melakukan pivot.
Pitch Deck Ini Bantu Startup D2C Raih Pendanaan Rp90 M

Startup produsen merek direct-to-consumer (D2C) Power Gummies berhasil meraih Rp90 miliar dalam putaran pendanaan Seri A menggunakan pitch deck ini
Startup Greentech Telah Menemukan Jalan Menuju Bisnis yang Sustainable

Peningkatan komitmen korporasi terkait berbagai isu lingkungan menjadi pemicu momentum pertumbuhan startup greentech di Indonesia.

QUICK BYTES

  • Startup layanan daur ulang sampah, Octopus, mengumumkan raihan modal senilai US$5 juta (sekitar Rp74,8 miliar) dalam pendanaan yang dipimpin Openspace dan SOSV. Octopus mengklaim telah memiliki lebih dari 150 ribu pengguna aktif bulanan, serta lebih dari 60 ribu pengumpul sampah di dalam platformnya.
     
  • Kinistartup penyedia akses upah lebih awal untuk karyawan (earned wage access/EWA) mengantongi US$4,3 juta (sekitar Rp64,3 miliar) dalam pendanaan awal yang dipimpin East VenturesStartup yang juga menawarkan fitur pembayaran tagihan dan asuransi mikro itu mengklaim volume transaksi bulanan tumbuh 70 persen sejak didirikan tahun 2021.
     
  • Platform penggalangan dana (social crowdfundingKitabisa berpotensi mendapat suntikan modal dari lembaga keuangan global International Finance Corporation (IFC) sebesar US$5 juta (sekitar Rp74,9 miliar). Tambahan dana ini bakal digunakan KitaBisa untuk mengembangkan produk asuransi syariah.
     
  • Platform marketplace otomotif asal India, Cars24, dikabarkan mau menekan pengeluaran untuk burn rate hingga 50 persen. Salah satu caranya dengan menunda rencana ekspansi ke Uni Emirat Arab hingga Australia. Langkah ini diambil sebagai antisipasi jika krisis pendanaan nantinya berlangsung lama.
     
  • Startup penyedia fintech-as-a-service (SaaS) Digiasia Bios, melalui unit bisnisnya KasPromengumumkan kerja sama dengan Reliance Group untuk meluncurkan layanan dompet digital ReliPay. Sebelumnya, Reliance Group dan Digiasia Bios sudah menjalin kolaborasi untuk menghadirkan platform peer-to-peer (P2P) lending KreditPro
Baca juga kabar tentang startup Indonesia lainnya mulai dari funding, pivot sampai dengan exit di sini
 

IN PARTNERSHIP WITH

Pemulihan ekonomi pasca pandemi sudah mulai kita rasakan tapi akankah dunia bisnis mampu bertahan dengan krisis selanjutnya? Tentunya, tidak ada yang bisa meramalkan guncangan ekonomi di masa depan—melainkan bersiap untuk menghadapinya.

Sebuah jurnal dari Harvard Business School memaparkan, sejarah mencatat ada empat pendekatan yang biasa digunakan oleh perusahaan saat menghadapi krisis dan resesi.

  1. Prevention – Fokus pendekatan ini adalah memotong sebesar-besarnya pengeluaran perusahaan. Setiap keputusan diambil dengan perspektif memperkecil kerugian atau pengeluaran. 
  2. Promotion — Berbanding terbalik dengan prevention, pendekatan ini merupakan pendekatan yang optimis. Bahkan sering kali dianggap seolah mengabaikan situasi sulit yang terjadi. 
  3. Pragmatic — Ini adalah pendekatan pasif. Karena hanya menunggu krisis berakhir dan biasanya akan sangat bergantung pada pengurangan jumlah karyawan untuk menghemat ongkos operasional perusahaan.
  4. Progressive – Pendekatan yang tidak hanya merespon kondisi krisis dengan rencana jangka pendek. Namun juga menyiapkan rencana jangka panjang ketika krisis sudah berakhir.

Apabila kamu merupakan pemilik bisnis (founder), tentunya kamu secara berkala menyusun beberapa strategi untuk mengarahkan bisnis ke depan. Bisa jadi, secara tidak langsung kamu menerapkan satu atau dua dari empat pendekatan diatas.

Pada 12 Juli mendatang, kami mengundang perwakilan dari Grab Indonesia, BRI Ventures, dan Sayurbox untuk berbagi insight terkait potensi tantangan yang akan dihadapi oleh startup di Indonesia, tip untuk para founder, hingga perspektif VC terkait pendanaan.

Jika kamu tertarik hadir, kamu bisa mendapatkan undangannya dengan mendaftarkan diri melalui tautan https://techin.asia/PercayaStartupID  — gratis.

UPCOMING EVENT

Daily Digest dibuat dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Dukung jurnalisme berkualitas dengan berlangganan Tech in Asia ID+.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email halo@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima newsletter kami? Kamu bisa memiliih untuk berhenti menerima email dari kami (tentunya kami bakal sedih!)

No comments:

Post a Comment

Attn: Respond

-- INTERNATIONAL MONETARY FUND (IMF) International Settlement Unit, 1900 Pennsylvania Avenue NW, Washington, DC 20431, United States ...