| | Jika kami adalah bunga engkau adalah tembok itu tapi di tubuh tembok itu telah kami sebar biji-biji suatu saat kami akan tumbuh bersama dengan keyakinan engkau harus hancur! | Demikian penggalan sajak berjudul "Bunga dan Tembok" bikinan Wiji Tukul. Wiji, yang entah di mana rimbanya kini, membuat sajak itu pada tahun 1983-1984 ketika pemerintah begitu bebal, susah diajak bicara layaknya tembok. Kini, melalui tembok yang menjadi simbol kebebalan, masyarakat bersuara. | | | | | | | | | Cukup klik tombol "Berlangganan dengan Google" pada salah satu artikel, kamu sudah bisa berlangganan Kompas.id lho!
| | | | | | |
No comments:
Post a Comment