Hai Vulca,
Pada 2019 silam, Risky--salah satu jurnalis Tech in Asia Indonesia--mengusulkan sebuah ide konten kepada saya. Ia ingin membuat daftar mantan karyawan Gojek yang setelah "lulus" lalu membangun startup sendiri.
Inspirasi dari artikel ini datang dari pengalaman co-founder Gojek, Nadiem Makarim, yang sering disebut oleh komunitas startup sebagai salah satu anggota "mafia Zalora". Ini adalah sebutan untuk deretan mantan karyawan startup fesyen itu yang mendirikan bisnis masing-masing.
Tak dinyana, artikel tersebut menuai banyak pageview (kunjungan laman) dari para pembaca Tech in Asia Indonesia, hingga jadi salah satu artikel terpopuler kami.
Melihat fenomena tersebut, kami pun membuat daftar-daftar serupa lainnya. Mulai dari daftar alumni Grab yang jadi founder startup, jejaring bisnis mantan karyawan Sea Group, hingga eks-bankir yang banting setir jadi bos startup fintech.
Meski tak sepopuler daftar alumni Gojek, masing-masing artikel tersebut mendapatkan jumlah kunjungan laman yang lebih tinggi dibanding rata-rata konten kami. Saat Tech in Asia Indonesia bertransformasi jadi media berlangganan sekalipun, tren tersebut masih tak berubah--walau kini kami menerima banyak ungkapan kekecewaan dari para pembaca yang tak bisa mengakses konten karena belum jadi pelanggan TIA ID+ 😅.
Sebagai pimpinan redaksi, saya merasa bangga bahwa kami telah menciptakan konten yang banyak dicari oleh para pembaca. Namun di sudut benak saya juga ada rasa penasaran, sebenarnya apa sih yang ingin diketahui dari para pembaca setelah menyimak daftar alumni suatu startup? Bila kamu ingin berbagi, kamu bisa membalas newsletter ini.
Tren lulusan pekerja startup yang lalu mendirikan usaha sendiri seperti ini belum akan berhenti. Malah, saya pikir akan makin masif di masa depan, mengingat perkembangan pesat industri teknologi (khususnya di Asia Tenggara) dan makin mengguritanya para raksasa teknologi di wilayah ini.
Hal ini karena bekerja di sebuah startup adalah "materi kuliah" paling relevan bagi pihak-pihak yang berkeinginan untuk menjadi pengusaha di bidang teknologi. Berbeda dengan bekerja di korporasi besar, para pekerja startup sering kali dihadapkan dengan situasi yang serba dinamis, dan berkesempatan mengemban banyak jabatan/peran semasa kariernya.
Pengalaman-pengalaman terjun langsung ke lapangan, mengatasi beragam tantangan, hingga mengambil keputusan yang berdampak langsung pada kelangsungan bisnis perusahaan ini jadi bekal penting di kala mereka kemudian memutuskan untuk membangun bisnis sendiri. Ini jauh lebih berharga ketimbang karier di perusahaan-perusahaan besar yang sering kali membatasi cakupan kerja tiap pekerja di suatu bidang spesifik.
Kami pun di Tech in Asia Indonesia punya misi untuk berada di tengah-tengah perkembangan pesat ini, mengikuti dinamika industri, serta memberi insight bernilai tambah bagi para pembaca kami.
Tentunya artikel-artikel daftar para pendiri startup itu akan kami terus perbarui, seiring kemajuan zaman dan kemunculan pemain baru. Namun kami juga akan terus membuat daftar dan konten lain yang bermanfaat bagi kamu, para pembaca Tech in Asia Indonesia. Nantikan terus ya!
Talk to you again next week!
Salam,
Iqbal Kurniawan
Editor-in-Chief, Tech in Asia Indonesia | | Ulasan dan kabar seputar industri teknologi dan ekosistem startup yang perlu kamu ketahui: - Pasar jual beli mobil seken di Indonesia masih terbuka lebar (🔒). Dengan rasio 99 mobil per 1.000 penduduk dan peningkatan 50 persen dibanding 2020, pasar ini masih punya peluang besar bagi pelaku startup. Bahkan, pasar ini telah menghasilkan dua unikorn di Asia Tenggara.
- Nama MNC Group mungkin telah sangat familier di kuping masyarakat Indonesia sebagai sebuah korporasi di bidang media. Namun kini usahanya telah merambah ke ranah bisnis digital (🔒), mulai dari menyediakan jaringan internet, hingga menggarap platform fintech.
- Aliansi anti-Amazon di Amerika Serikat telah menginspirasi sejumlah pedagang online Asia Tenggara. Dalam rangka mengurangi ketergantungan (🔒) terhadap pengelola platform marketplace online, mereka kini mulai mengarahkan para pembeli untuk berbelanja di toko daring masing-masing.
- Laporan dari Cento Ventures menyebut jumlah kesepakatan investasi pada paruh pertama 2021 di Asia Tenggara mencapai 44 kesepekatan, atau tertinggi sepanjang sejarah.
- Fuse, Simas Insurtech, dan Tokopedia bekerja sama untuk meningkatkan akses asuransi kepada masyarakat, khususnya para pengguna Tokopedia.
| | | - [Tech in Asia Conference Pre-event] The Day One Workshop with Amazon Web Services | 5 Oktober 2021
Simak diskusi para decision maker dari Amazon yang akan berbagi tentang inovasi hingga manajemen sumber daya. Gratis! Daftarkan diri kamu di sini.
- Alibaba Cloud Pitch x Tech in Asia Pitch Battle| 15 Oktober 2021
Daftarkan startup kamu di kompetisi pitching! Pendaftaran ditutup 15 Oktober 2021. Klik di sini untuk pendaftaran.
- Tech in Asia Conference 2021 Virtual | 12-14 Oktober 2021
Konferensi tahunan startup dan bisnis terbesar dari Tech in Asia. Pelajari bagaimana kiat memanfaatkan tech boom yang tengah terjadi di Asia Tenggara. Klaim tiket gratis dari sekarang.
- Upskill Fest 2.0 by Tech in Asia ID+ | Segera diumumkan
Buat bisnis & kariermu lebih maju. Serta, tingkatkan kemampuan bisnis, digital, dan kreatifmu. Belajar dari para profesional terbaik di program virtual workshop selama 1 minggu. Selengkapnya cek di sini. | | Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter mingguan ini dikirim dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.
Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email halo@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.
Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!) | | | | |
