Hai Vulca, Sebelum startup teknologi menawarkan layanan pesan-antar makanan, frekuensi saya memesan makanan ke rumah dalam setahun bisa dihitung dengan jari tangan. Setelah Gojek meluncurkan GoFood pada 2015 silam, frekuensinya meningkat jadi beberapa kali dalam sebulan. Kini, saat pandemi tak kunjung usai, frekuensi pemesanan saya meningkat, hingga ada kalanya di mana saya memesan makanan lewat aplikasi setidaknya satu kali tiap hari. Peningkatan frekuensi saya mungkin masuk dalam taraf yang cukup ekstrem (baca: boros). Tapi saya tak terlalu merasa bersalah, karena tren di pasar juga menunjukkan peningkatan secara keseluruhan. Bahkan, menurut riset terbaru yang dilakukan oleh Euromonitor International bekerja sama dengan Grab, nilai transaksi kotor dari bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara diperkirakan bakal mencapai US$28 miliar (Rp298 triliun) pada 2025 nanti, naik tiga kali lipat dibanding 2020. Melihat potensi yang sedemikian besar, tak mengherankan bila kemudian sejumlah pelaku industri berduyun-duyun menggarap pasar ini. Langkahnya pun beraneka ragam, mulai dari membangun platform pesan-antar makanan, menyediakan sistem pencatatan dan transaksi restoran, hingga mengelola cloud kitchen di berbagai lokasi strategis. Bisnis pesan-antar makanan juga jadi andalan Grab untuk meraup penghasilan setelah pandemi melanda. Kenaikan segmen bisnis ini (meliputi makanan, barang, kebutuhan pokok, dsb.) menyumbang hampir setengah dari penghasilannya selama 2020. Tak berhenti di Grab, para penyedia layanan serupa lainnya pun tak ingin ketinggalan mengambil kue di pasar. Belum lama ini ShopeeFood baru saja melebarkan sayapnya ke Semarang, tempat saya tinggal. Dengan promosi gencar dan subsidi melimpah lewat penawaran voucer potongan harga, jumlah penggunanya--setidaknya di lingkaran pertemanan saya--melonjak drastis. Saya pun makin sering melihat jaket oranye ShopeeFood berseliweran di jalanan. Apalagi Sea, induk perusahaan Shopee, baru-baru ini hendak menambah modal hingga Rp89 triliun untuk keperluan ekspansi bisnis. Saya berani bertaruh sebagian dari dana yang terkumpul akan disalurkan untuk akuisisi pengguna, dengan memberi promosi dan potongan harga. Kalau kamu sama penasarannya dengan saya terkait siapa yang bakal jadi penguasa di layanan pesan-antar makanan Indonesia, kamu bisa menyimak konten kami di bawah ini untuk mendapatkan gambaran besarnya. Talk to you again next week! Salam, Iqbal Kurniawan Editor-in-Chief, Tech in Asia Indonesia | |
No comments:
Post a Comment