Hai Vulca, Saat kami menyusun daftar unikorn di Asia Tenggara, secara tidak tampak tren dari vertikal bisnis yang mampu membuat nilai valuasi suatu perusahaan teknologi berkembang jadi senilai US$1 miliar (Rp1 triliun). Vertikal-vertikal ini bersifat dinamis, mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan konsumen di tiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Saya masih ingat bagaimana Gojek jadi perusahaan teknologi dalam negeri yang meraih status unikorn pertama pada 2016 silam. Traveloka dan Tokopedia tak lama kemudian menyusul Gojek jadi unikorn Indonesia, menjadikan tiga unikorn pertama Indonesia diisi oleh tiga vertikal berbeda, yaitu mobility, travel, dan e-commerce. Kita kemudian menyaksikan bagaimana generasi unikorn selanjutnya kebanyakan berasal dari e-commerce, yang memang mengalami perkembangan pesat di tanah air dalam lima tahun terakhir. Mulai dari Bukalapak, Blibli, hingga Jd.id masing-masing mengklaim telah meraih status yang konon hanya bisa diraih oleh 3 dari tiap 5 juta perusahaan di dunia. Dengan ranah e-commerce yang sudah makin sesak--ditambah ada sederet "raksasa penguasa" yang punya kantong tebal untuk mempertahankan pangsa pasar--perkembangan eksponensial yang terjadi di vertikal tersebut kini bergeser ke ranah-ranah lain, salah satunya fintech. Ovo jadi unikorn pertama dari vertikal ini berkat ekspansi agresif dan kerja sama strategis dengan sejumlah perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Tokopedia. Dompet digital tersebut kini bahkan telah merambah ke berbagai layanan keuangan lain, mulai dari asuransi hingga menawarkan instrumen investasi. Pelaku industri fintech lain pun satu per satu mengikuti jejak Ovo yang berkembang di tengah digitalisasi layanan keuangan. Kredivo (FinAccel) yang menyediakan kredit konsumsi di e-commerce, hingga Xendit baru-baru ini ikut meraih status unikorn. Mengingat masih betapa luasnya cakupan vertikal fintech dan bagaimana semua orang membutuhkan layanan keuangan yang andal, saya pikir masih akan ada unikorn-unikorn (atau bahkan dekakorn) lain yang akan lahir dari startup lokal di masa depan. Namun tentu saja, perusahaan besar berikutnya tak akan eksklusif datang dari veritkal fintech semata. Sejumlah vertikal lain juga menunjukkan pertumbuhan pesat seiring perkembangan kebutuhan masyarakat. Sektor logistik di dalam negeri yang penuh tantangan jadi salah satu yang menunjuikkan perkembangan menjanjikan, hingga J&T Express mampu meraih pendanaan lebih dari US$1 miliar. Saya pribadi menantikan kehadiran unikorn dari sektor edtech dan SaaS di masa depan. Kalau menurut kamu, unikorn Indonesia selanjutnya berasal dari sektor apa? Talk to you again next week! Salam, Iqbal Kurniawan Editor-in-Chief, Tech in Asia Indonesia | |
No comments:
Post a Comment